|  | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  | 
   
    | 
 |  
    | 
 
Perbedaan sifat pada jenis
    mangga dapat Anda amati pada tabel berikut: |  
    |  | 
 |  
    | 
Keanekaragaman
    Hayati Tingkat Jenis | 
 |  
    | 
Dapatkah Anda membedakan antara
    tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang? Atau membedakan jenis
    kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan
    kacang hijau? Atau Anda dapat membedakan kelompok hewan antara
    kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini dapat Anda bedakan dengan
    benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah mengetahui tentang
    keanekaragaman jenis. 
Untuk mengetahui keanekaragaman
    hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara
    lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan
    hidup dan lain-lain. 
Contoh, dalam keluarga
    kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan
    kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan
    mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda
    antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang
    (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang
    merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya
    yang berbeda. 
     
     
Gambar
    2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan 
Contoh lain, keanekaragaman pada
    keluarga kucing. Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau,
    singa, citah dan kucing. 
 
     
     
Gambar
    2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan
    (d) citah. 
Walaupun hewan-hewan tersebut
    termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
    perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu,
    tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya. 
Cobalah Anda perhatikan
    perbedaan sifat dari hewan berikut ini : 
     
     
Demikian pula pada kelompok
    tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan
    memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan
    bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada
    tabel pengamatan berikut ini. 
     
     
     
     
Gambar 2.
    Keanekaragaman pada suku Palmae 
Dari contoh-contoh di atas, Anda
    dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau,
    singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku
    Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis. 
Hal yang sama terdapat juga pada
    tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau
    Arecaceae. | 
 |  
    |  | 
 |  
    | 
Keanekaragaman
    Hayati Tingkat Ekosistem | 
 |  
    | 
Di lingkungan manapun Anda di
    muka bumi ini, maka Anda akan menemukan makhluk hidup lain selain Anda.
    Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan
    tempat hidupnya. 
Lingkungan hidup meliputi
    komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai
    jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk
    hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita.
    Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan
    kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor
    kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan
    mineral. 
Baik komponen biotik maupun
    komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem
    yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun
    bervariasi pula. 
Di dalam ekosistem, seluruh
    makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal
    balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya
    atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian
    hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya
    keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain
    merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem. 
 
     
     
Gambar 2. Keanekaragaman ekosistem (a) padang
    rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir 
 
Perbedaan letak geografis
    menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya
    perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya
    penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora
    (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. 
Di daerah dingin terdapat bioma
    Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan
    yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah
    beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai
    untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain
    anjing hutan, dan rusa kutub. 
Pada iklim tropis terdapat hutan
    hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna
    (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis
    flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang
    berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem. 
Totalitas variasi gen, jenis dan
    ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan,
    frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda
    merupakan keanekaragaman hayati.  
Keanekaragaman hayati berkembang
    dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan
    keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan
    karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah
    perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada
    suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami
    gangguan. 
Gangguan-gangguan terhadap
    komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada
    tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat
    merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula.
    Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di
    hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu
    keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat
    merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem.
    Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan
    ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan
    bencana tsunami. | 
 |  
    |  | 
 |  
    | 
Tugas  | 
 |  
    | 
I.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Gen  
     
      | 
Tujuan | 
: | 
Mengetahui
      adanya variasi morfologi pada buah mangga. |  
      | 
Alat dan bahan | 
: | 
Berbagai macam
      buah mangga yang terdapat di sekitarmu. |  
      | 
Cara kerja | 
: | 
 |  
 
TABEL HASIL
    PENGAMATAN 
     
     
Cocokkan jawaban
    Anda dengan meng-klik kunci jawaban!Pertanyaan :
 1. Apa penyebab timbulnya keanekaragaman pada mangga?
 2. Jelaskan pengertian dari gen!
 3. Apa kesimpulan hasil kegiatan tersebut?
 
II.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies)
     
Alat dan Bahan: 
     
      | 
1. | 
Penggaris |  
      | 
2. | 
Timbangan |  
      | 
3. | 
Lima (5) jenis
      biji kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang kapri, dan kacang
      panjang.  |  
      | 
4. | 
Buku catatan
      praktikum |  
Langkah Kerja: 
     
      | 
1. | 
Buatlah tabel
      pada buku catatan praktikum, seperti contoh di bawah. |  
      | 
2. | 
Amati secara
      seksama bentuk biji kacang satu persatu. |  
      | 
3.  | 
Amati warna
      setiap biji kacang. |  
      | 
4. | 
Ukurlah dengan
      penggaris panjang setiap biji kacang, satu persatu. |  
      | 
5. | 
Timbanglah
      berat setiap biji kacang, dengan menggunakan alat timbangan |  
      | 
6. | 
Isikan data
      hasil pengamatan ke dalam tabel. |  
     
     
Pertanyaan: 
     
      | 
1. | 
Berdasarkan
      hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada biji-biji kacang
      tersebut? |  
      | 
2. | 
Menurut Anda,
      apakah yang menyebabkan adanya keanekaragaman jenis? |  
      | 
3. | 
Apa yang dimaksud
      dengan keanekaragaman tingkat jenis? |  
II.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies)
 
Alat dan Bahan: 
     
      | 
1. | 
Penggaris |  
      | 
2. | 
Timbangan |  
      | 
3. | 
Lima (5) jenis
      biji kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang kapri, dan kacang
      panjang.  |  
      | 
4. | 
Buku catatan
      praktikum |  
Langkah Kerja: 
     
      | 
1. | 
Buatlah tabel
      pada buku catatan praktikum, seperti contoh di bawah. |  
      | 
2. | 
Amati secara
      seksama bentuk biji kacang satu persatu. |  
      | 
3.  | 
Amati warna
      setiap biji kacang. |  
      | 
4. | 
Ukurlah dengan
      penggaris panjang setiap biji kacang, satu persatu. |  
      | 
5. | 
Timbanglah
      berat setiap biji kacang, dengan menggunakan alat timbangan |  
      | 
6. | 
Isikan data
      hasil pengamatan ke dalam tabel. |  
 
Pertanyaan: 
     
      | 
1. | 
Berdasarkan
      hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada biji-biji kacang
      tersebut? |  
      | 
2. | 
Menurut Anda,
      apakah yang menyebabkan adanya keanekaragaman jenis? |  
      | 
3. | 
Apa yang
      dimaksud dengan keanekaragaman tingkat jenis? |  
III.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
 
Alat dan Bahan:  
    
     
      | 
1. | 
3 macam gambar
      ekosistem |  
      | 
2. | 
Buku catatan
      praktikum |  
Langkah Kerja:
 
    
     
      | 
1. | 
Pelajari
      gambar-gambar ekosistem dengan seksama |  
      | 
2. | 
Jawablah
      pertanyaan-pertanyaan di buku catatan praktikum Anda |  
     
     
Pertanyaan: 
    
     
      | 
1. | 
Apa nama
      ekosistem pada gambar 1, gambar 2, dan gambar 3? |  
      | 
2.  | 
Tuliskan macam
      flora atau tumbuhan yang terdapat pada ekosistem gambar 1, 2, 3? |  
      | 
3. | 
Tuliskan macam
      fauna atau hewan yang terdapat pada ekosistem gambar 1, 2, 3? |  
      | 
4. | 
Dari ketiga
      macam ekosistem, manakah yang memiliki jumlah dan keanekaragaman makhluk
      hidup yang paling banyak? |  
      | 
5. | 
Apakah yang
      dimaksud dengan keanekaragaman ekosistem? |  
Setelah Anda
    menyelesaikan semua kegiatan pada lembar tugas 1, cocokanlah jawaban Anda
    dengan kunci jawaban yang tersedia. Setelah itu, silahkan Anda melanjutkan
    mempelajari modul pada kegiatan 2. 
KUNCI
    JAWABAN 
I.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Gen 
Catatan : Data
    pengamatan di dalam tabel, hasilnya akan berbeda-beda pada setiap siswa. 
Jawaban
    Pertanyaan:  
    
     
      | 
1. | 
Penyebabnya
      perbedaan gen |  
      | 
2. | 
Gen adalah
      bagian kromosom yang mengendalikan ciri suatu makhluk hidup, bersifat
      diturunkan dari induk kepada turunannya. |  
      | 
3. | 
Keanekaragaman
      tingkat gen, memperlihatkan adanya perbedaan/variasi sifat pada
      individu-individu dalam spesies yang sama. |  
 
II.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies) 
Catatan: Tabel pengamatan,
    datanya berbeda-beda pada setiap siswa. 
Jawaban
    Pertanyaan:  
    
     
      | 
1. | 
Terdapat
      keanekaragaman sifat pada macam-macam biji kacang, pada bentuk, warna,
      panjang dan berat. |  
      | 
2. | 
Keanekaragaman
      jenis terbentuk karena kesesuaian antara perangkat gen dengan lingkungan
      tempat tinggalnya. |  
      | 
3. | 
Keanekaragaman
      tingkat jenis ini memperlihatkan adanya perbedaan/variasi sifat pada
      bentuk, penampakan, frewkuensi, dan sifat lainnya antara spesies satu
      dengan lainnya. |  
 
III.
    Mengamati Keanekaragaman Tingkat Ekosistem 
Jawaban
    Pertanyaan:  
    
     
      | 
1.  | 
- Gambar 1,
      adalah ekosistem hutan hujan tropik/hutan hujan basah.- Gambar 2, adalah ekosistem padang rumput.
 - Gambar 3, adalah ekosistem gurun pasir.
 |  
      | 
2. | 
Macam flora
      pada gambar 1: pohon, perdu, semak, memanjat dan lain-laingambar 2: jenis rumput-rumputan, dan sedikit pohon.
 gambar 3: umumnya jenis kaktus.
 |  
      | 
3. | 
Macam fauna
      pada gambar 1: kera, ular, burung, kelelawar, serangga, harimau,jenis herbivora, dan lain-lain.
 |  
      | 
4. | 
Ekosistem hutan
      hujan tropik/hutan hujan basah. |  
      | 
5. | 
Keanekaragaman
      tingkat ekosistem, adalah keseluruhan makhluk hidup yang beranekaragam
      yang berhubungan erat dengan habitat dan faktor-faktor lingkungannya.  |  | 
 |  
    |  | 
 |  
    | 
 |  
    | 
 |  
    |  | 
 |  | 
 | 
  | 
Kegiatan Belajar 2:Keanekaragaman Hayati Di
  indonesia | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
Tahukah Anda, bahwa Indonesia
  merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki keanekaragaman hayati
  yang tinggi? Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi dibandingkan
  dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya
  adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia
  mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan
  peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan
  langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).  
Untuk lebih memahami materi
  tersebut, silakan Anda simak uraian mengenai keaneragaman hayati yang
  terdapat di Indonesia berikut ini!  
Indonesia terletak di daerah
  tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
  dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
  keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem
  yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau,
  ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar,
  ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem
  ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.  
Tumbuhan (flora) di Indonesia
  merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya
  meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia,
  Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan
  Filipina sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana. 
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki
  kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari
  familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap.
  Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan.
  Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing (
  Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan
  Kayu kapur (Drybalanops aromatica). 
Hutan di Indonesia merupakan bioma
  hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan
  banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas
  Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan
  Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan
  Sulawesi.  
Sebagai negara yang memiliki flora
  Malesiana apakah di Malaysia dan Filipina juga memiliki jenis tumbuhan
  seperti yang dimiliki oleh Indonesia? Ya, di Malaysia dan Filipina juga
  terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di Sumatera, Kalimantan, dan
  Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau
  batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma.  
   
   
Bagaimana dengan
  wilayah Indonesia bagian timur? Apakah jenis tumbuhannya sama? Indonesia
  bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian
  Jaya (Papua) terdapat hutan non–Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki
  pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia
  pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.  
Selanjutnya, mari
  kita lihat hewan (fauna) di Indonesia. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe
  Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia)
  serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang
  meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  
   
    | 
1. | 
Banyak species
    mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak.
    Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada. |  
    | 
2. | 
Terdapat berbagai
    macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan. |  
    | 
3. | 
Terdapat hewan
    endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang),
    monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus
    coucang).  |  
    | 
4. | 
Burung-burung
    memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau.
    Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili),
    elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih
    (Mycrohyerax latifrons).  |  
Sekarang mari kita
  lanjutkan dengan hewan-hewan yang terdapat di Kawasan Indonesia Timur.
  Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi,
  Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:  
   
    | 
1. | 
Mamalia berukuran
    kecil |  
    | 
2. | 
Banyak hewan
    berkantung |  
    | 
3. | 
Tidak terdapat
    species kera |  
    | 
4. | 
Jenis-jenis
    burung memiliki warna yang beragam |  
Irian Jaya (Papua)
  memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus ursinus),
  kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak,
  dan yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa
  Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo
  (Varanus komodoensis).  
Sedangkan daerah
  peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari
  Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius
  bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa
  babyrussa). | 
 | 
  | 
   
    | 
Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia  |  
    | 
Di Indonesia banyak terdapat hewan
    dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya babirusa (Babyrousa
    babyrussa), harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa
    (Panthera tigris sondaicus), macan kumbang (Panthera pardus), orangutan
    (Pongo pygmaeus abelii di Sumatra dan Pongo pygmaeus-pygmaeus di
    Kalimantan), badak Sumatra (Decerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus
    indicus), gajah asia (Elephas maximus), bekantan (Nasalis larvatus), komodo
    (Varanus komodoensis), banteng (Bossondaicus), cendrawasih (Paradisaea
    minor), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus), maleo (Macrocephalon maleo),
    kakatua raja (Probosciger aterrimus), rangkong (Buceros rhinoceros),
    kasuari (Casuarius casuarius), buaya muara (Crocodylus porosus), buaya
    irian (Crocodylus novaeguinae), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu
    hijau (Chelonia mydas), ular sanca bodo (Phyton molurus), sanca hijau (Chondrophyton
    viridis), bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus). Tumbuh-tumbuhan langka
    misalnya bedali (Radermachera gigantea), putat (Planchonia valida), kepuh
    (Sterula foetida), bungur (Lagerstroemia speciosa), nangka celeng
    (Artocarpus heterophyllus), kluwak (Pangium edule), bendo (Artocarpus
    elasticus), mundu (Garcinia dulcis), sawo kecik (Manilkara kauki), winong
    (Tetrameles nudiflora), bayur (Pterospermum javanicum), gandaria (Bouea
    macrophylla), matoa (Pometia pinnata), sukun berbiji (Artocarpus communis).
 
 
     
     
Gambar 2. Hewan
    langka di Indonesia (a) penyu hijau (b)
    Sanca Hijau  |  
    |  | 
 |  
    | 
Hewan dan Tumbuhan Endemik di Indonesia  | 
 |  
    | 
Di Indonesia
    banyak terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik
    Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu hanya ada di Indonesia, tidak
    terdapat di negara lain.  
Hewan yang
    endemik misalnya harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali
    (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak
    bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis
    binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di
    Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi),
    komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.  
Tumbuhan yang
    endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik
    di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R.
    cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan
    dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra
    bagian timur). 
     
     
Gambar 2. Hewan dan tumbuhan
    endemikangka di Indonesia (a) jalak bali (b)
    burung maleo (c) komodo (d)
    rafflesia arnoldii
     | 
 |  
    | 
     
      | 
Nilai Manfaat Keanekaragaman Hayati |  
      | 
1.Nilai ekonomi 
Keanekaragaman
      hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan
      devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri,
      rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu
      dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel,
      teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri
      makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya
      lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan
      karet.  
       
       
Gambar
      8. Keanakaragaman Hayati yang memiliki nilai ekonomi (a) rotan (b) gandum 
 
2.Nilai Biologis  
Keanekaragaman hayati memiliki
      nilai biologis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk
      manusia. Tumbuhan menghasilkan gas oksigen (O2) pada proses fotosintesis
      yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernafasan, menghasilkan zat
      organik misalnya biji, buah, umbi sebagai bahan makanan makhluk hidup
      lain. Hewan dapat dijadikan makanan dan sandang oleh manusia. Jasad renik
      diperlukan untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik, untuk
      membuat tempe, oncom, kecap, dan lain-lain. Nilai biologis lain yang
      penting adalah hutan sebagai gudang plasma nutfah (plasma benih). 
3.Nilai Ekologis  
Keanekaragaman hayati
      merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya hutan hujan
      tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan
      yang penting bagi bumi, antara lain: a. Merupakan paru-paru bumi Kegiatan
      fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida
      (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan
      dapat mencegah efek rumah kaca. b. Dapat menjaga kestabilan iklim global,
      yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban udara.
 
       
       
Gambar 9. Hutan tropis yang
      mempunyai nilai ekologis yang penting bagi bumi 
4.Nilai Sosial 
Budaya Keanekaragaman hayati
      dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi atau pariwisata, di samping
      untuk mempertahankan tradisi.
 |  
      |  | 
 |  
      | 
Manfaat Keanekaragaman Hayati  | 
 |  
      | 
1.Sebagai
      sumber pangan, perumahan, dan kesehatan  
       
        | 
a. | 
Pangan: |  
        | 
 | 
••
 •
 •
 •
 | 
Sumber
        karbohidrat: padi, jagung, singkong, kentang, dan lain-lain. Sumber protein: kedelai, kecipir, ikan, daging, dan lain-lain.
 Sumber lemak: ikan, daging, telur, kelapa, alpukat, durian, dan
        lain-lain.
 Sumber vitamin: jambu biji, jeruk, apel, tomat, dan lain-lain.
 Sumber mineral: sayur-sayuran.
 |  
 Gambar 10. Keanakaragaman Hayati
      sebagai sumber pangan (a) tomat (b)
      belimbing (c) anggur (d) durian
 (e) kelapa (f) ayam.
 
       
        | 
2. | 
Sebagai sumber
        pendapatan/devisa a. Bahan baku industri kerajinan: kayu, rotan, karet
 b. Bahan baku industri kosmetik: cendana, rumput laut
 |  
 
       
        | 
3. | 
Sebagai sumber plasma
        nutfah, Misalnya hutan Di hutan masih terdapat tumbuhan dan hewan yang
        mempunyai sifat unggul, karena itu hutan dikatakan sebagai sumber
        plasma nutfah/sumber gen. |  
 
       
        | 
4. | 
Manfaat ekologi Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia, keanekaragaman
        hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem.
 |  
 
       
        | 
5. | 
Manfaat keilmuan Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu
        yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
 |  
 
       
        | 
6. | 
Manfaat keindahan Bermacam-macam tumbuhan dan hewan dapat memperindah lingkungan.
 |  
Bagaimana cukup
      jelas uraian materi yang baru saja Anda pelajari? Baik! Dari uraian
      materi tersebut kita menyadari begitu banyak manfaat keanekaragaman
      hayati dalam hidup kita. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang begitu
      banyak dan beragam tentu saja dapat mengancam kelestariannya.  
Coba Anda
      perhatikan! Berkat kemajuan ilmu dan teknologi, terjadi peledakan jumlah
      penduduk. Apa akibatnya? Akibatnya eksploitasi (penggunaan terhadap
      keanekaragaman hayati semakin meningkat). Setiap tahun jutaan hektar
      hutan menghilang karena berubah fungsi untuk berbagai kegiatan manusia.
      Pembabatan dan pembakaran hutan, reklamasi pantai dan rawa, pengembangan
      industri yang tidak dilengkapi pengolahan limbah, serta pemakaian bahan
      kimia seperti pupuk dan pestisida secara berlebihan, akan menghancurkan
      keanekaragaman hayati.  
Apabila
      kegiatan manusia seperti tersebut di atas tidak segera diakhiri, manusia
      sendiri yang akan menderita kerugian. Tahukah Anda, bahwa hutan hujan
      tropis yang diperkirakan mengandung 50% - 90% keanekaragaman hayati dunia
      sebagian besar sudah dibabat. Pembabatan hutan hujan tropis, diperkirakan
      menyebabkan hilangnya 15% species di hutan tersebut.  
Untuk itu, agar
      keanekaragaman hayati tidak terancam kelestariannya, maka kita harus arif
      (bijaksana) dalam memanfaatkannya, dengan mempertimbangkan aspek manfaat
      dan aspek kelestariannya.  
Menurut Anda,
      apakah rusaknya keanekaragaman hayati pada suatu daerah atau negara hanya
      menjadi tanggung jawab daerah atau negara tersebut? Bagus! Tanggung jawab
      kerusakan keanekaragaman hayati memang merupakan tanggung jawab kita
      bersama. Dan perlu pula dikembangkan kesadaran kepada semua masyarakat
      semboyan yang menyatakan “Tanpa keanekaragaman hayati, tidak ada masa
      depan”.  
Adapun
      usaha-usaha (upaya-upaya) pemerintah Indonesia dalam pelestarian
      (konservasi) keanekaragaman hayati antara lain sebagai berikut:  
       
        | 
1. | 
Taman Nasional, merupakan
        kawasan konservasi alam dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun
        di perairan. Beberapa taman nasional di Indonesia: |  
        | 
 | 
         
          | 
a. | 
Taman Nasional Gunung Leuser Terletak di Propinsi
          Sumatera Utara dan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Contoh tumbuhan
          yang dilestarikan: meranti, keruing, durian hutan, menteng, Rafflesia
          arnoldi var.atjehensis. Hewan yang dilestarikan: gajah, beruang Malaya,
          harimau Sumatra, badak Sumatra, orangutan Sumatra, kambing sumba,
          itik liar, tapir.  |  |  
       
       
 
Gambar
      11. Flora dan fauna di Taman Nasional Gunung Leuser (a)Rafflesia arnoldi
      (b) Orangutan (c) tapir (d) Badak
      sumatera 
      
       
        | 
 | 
b. | 
Taman Nasional Kerinci
        Seblai Terletak di Propinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan
        Bengkulu. Tumbuhan yang dilestarikan: bunga bangkai (Amorphophalus
        titanium), Rafflesia arnoldi, palem, anggrek, kismis. Hewan yang
        dilestarikan: tapir, kelinci hutan, landak, berang-berang, badak
        Sumatra, harimau Sumatra, siamang, kera ekor panjang. |  
       
      Gambar 12. Bunga Bangkai
 
       
        | 
 | 
c. | 
Taman Nasional Bukit Barisan
        Selatan Terletak di propinsi Bengkulu sampai Lampung. Tumbuhan yang
        dilestarikan: meranti (Shorea sp), keruing (Diptetrocarpus sp), damar
        (Agathis alba), kemiri (Aleurites moluccana), mengkudu (Morinda
        citrifolia), Rafflesia arnoldi. Hewan yang dilestarikan: gajah, tapir,
        badak Sumatra, landak, trenggiling, ular sanca, bangau putih, rangkong,
        dan lain-lain.
 |  
 
       
        | 
 | 
d. | 
Taman Nasional Ujung Kulon Terletak di kawasan ujung barat Pulau Jawa. Taman Nasional ini
        merupakan habitat terakhir dari hewan-hewan yang terancam punah,
        seperti: badak bercula satu (Rhinoceros sendaicus), banteng (Bos
        sondaicus), harimau loreng (Panthera tigris), dan surili (Presbytis
        aygula).
 |  
       
       
Gambar 13. Flora dan fauna di
      Taman Nasional Ujung Kulon (a)Banteng (b)
      Surili (c) Harimau 
      
       
        | 
e. | 
Taman Nasional Kepulauan
        Seribu Terletak di kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Ekosistem yang
        dilindungi adalah ekosistem terumbu karang.
 |  
       
      Gambar 14. Ekosistem
 
       
        | 
f. | 
Taman Nasional
        Bromo-Tengger-Semeru Terletak di kawasan Propinsi Jawa Timur di Kabupaten Probolinggo,
        Malang, Pasuruan dan Lumajang. Flora yang dilindungi adalah cemara
        gunung (Cassuarina junghuniana)
        sedangkan fauna yang dilindungi adalah babi hutan, kijang, ayam hutan,
        rusa, macan tutul.
 |  
 
       
        | 
 | 
g. | 
Taman Nasional Meru Betiri Terletak di Propinsi Jawa Timur di wilayah Jember Selatan. Taman
        Nasional ini merupakan habitat terakhir dari harimau loreng jawa (Panthera
        trigis). Flora langka yang dilindungi yaitu Rafflesia zollingeri.
 |  
 
       
        | 
 | 
h. | 
Taman Nasional Baluran Terletak di Propinsi Jawa Timur. Flora yang dilindungi : dadap biru
        (Erythocina endophyla), kosambi, widoro, nimba, kemiri. Sedangkan fauna
        yang dilindungi antara lain ular piton, buaya, banteng, rusa, kijang,
        macan tutul dan linsang.
 |  
 
       
        | 
 | 
i. | 
Taman Nasional Komodo
        Terletak di Pulau Komodo Propinsi NTT. Flora yang dilindungi adalah
        Kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum diversifolium).
        Satwa/fauna khas adalah komodo. |  
 
       
        | 
 | 
j. | 
Taman Nasional Tanjung
        Puting Terletak di Propinsi Kalimantan di Kabupaten Kotawaringin Barat,
        Timur dan Kalimantan Tengah. Taman Nasional ini merupakan pusat
        rehabilitasi orang utan. Flora yang dilindungi tanaman yang mengandung
        getah dan merusak saraf (misalnya: Gluta renghas) dan durian (Durio
        sp). Fauna yang dilindungi: orang utan, lutung, kancil, musang. |  
 
       
        | 
2. | 
Cagar Alam, kawasan suaka
        alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa dan ekosistem, yang
        perkembangannya diserahkan pada alam. |  
 
       
        | 
3. | 
Hutan Wisata, kawasan hutan
        yang karena keadaan dan sifat wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan
        sebagai hutan, yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan,
        konservasi alam, dan rekreasi. Contoh hutan wisata yaitu hutan wisata
        Pangandaran. |  
 
       
        | 
4. | 
Taman laut, merupakan
        wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa ke-indahan alam yang
        ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang diperuntukkan guna
        melindungi plasma nutfah lautan. Contoh: Bunaken di Sulawesi Utara. |  
 
       
        | 
5. | 
Hutan lindung, kawasan hutan
        alam yang biasanya terletak di daerah pe-gunungan yang dikonservasikan
        untuk tujuan melindungi lahan agar tidak tererosi dan untuk mengatur
        tata air. Contoh: Gunung Gede Pangrango. |  
 
       
        | 
6. | 
Kebun Raya, adalah kumpulan
        tumbuh-tumbuhan di suatu tempat, dan tum-buh-tumbuhan tersebut berasal
        dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi ex situ, ilmu
        pengetahuan, dan rekreasi, contoh: Kebun Raya Bogor, Kebun Raya
        Purwodadi. |  | 
 |  
      |  | 
 |  | 
 |  
    | 
 |  
    | 
 |  
    |  | 
 |  | 
 | 
  | 
Kegiatan Belajar 3 | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  | 
   
    | 
Tujuan dan Manfaat Klasifikasi |  
    | 
Jika Anda pergi
    ke supermarket atau pasar, Anda akan melihat deretan buah yang disusun
    rapi. Buah jeruk dikelompokkan dalam satu tempat. Demikian pula buah
    mangga, buah pisang, buah apel, buah papaya dan lain-lainnya dikelompokkan
    dan diletakkan di tempat tersendiri. Melalui pengelompokan ini, pengunjung
    atau pembeli akan lebih mudah mencari buah yang diinginkannya. Apa yang
    terjadi jika buah-buahan tersebut bercampur di tempat yang sama? 
Demikian pula
    dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Untuk menyederhanakan begitu
    banyaknya jenis makhluk hidup sehingga mudah dipelajari, maka dikembangkan
    cabang Biologi khusus yang disebut Taksonomi. Taksonomi merupakan ilmu
    tentang identifikasi tatanama dan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan
    aturan tertentu.  
Klasifikasi yang
    dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk:  
     
      | 
1. | 
mendeskripsikan
      ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah
      dikenal; |  
      | 
2. | 
mengelompokkan
      makhluk hidup berdassarkan ciri-cirinya; |  
      | 
3. | 
mengetahui
      hibungan kekerabatan antar makhluk hidup;dan |  
      | 
4. | 
mengetahui
      evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.  |  
Sedangkan klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung
    diterapkan bagi kepentingan manusia, yaitu:
 
     
      | 
1. | 
Pengelompokan
      memudahkan kita mempelajari organisme yang beraneka ragam.  
Contoh
      pengelompokan berdasarkan manfaat: |  
     
    Keterangan:
 
 
     
      | 
A. | 
 | 
Daun dewa  | 
I. | 
 | 
Bayam |  
      | 
B. | 
 | 
Padi | 
J. | 
 | 
Ketela Pohon  |  
      | 
C. | 
 | 
Bunga Mawar  | 
K. | 
 | 
Kumis Kucing  |  
      | 
D. | 
 | 
Bunga Anggrek | 
L. | 
 | 
Jagung |  
      | 
E. | 
 | 
Sirih | 
M. | 
 | 
Bunga sepatu  |  
      | 
F. | 
 | 
Bunga kertas  | 
N. | 
 | 
Kentang |  
      | 
G. | 
 | 
Pule Pandah | 
O. | 
 | 
Jahe |  
      | 
H. | 
 | 
Bunga lolipop  | 
 | 
 | 
 |  
2. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar
    makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh : harimau memiliki
    hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kucing daripada dengan komodo,
    karena harimau dan kucing memiliki banyak persamaan ciri-ciri, misalnya:
    harimau dan kucing sama-sama menyusui, bertulang belakang, berkaki empat,
    karnivor dan berambut. Sedangkan komodo bertelur, berkaki empat, kulit
    bersisik dan melata.
 
     
     
Gambar 15.
    Pedagang buah mengelompokkan buah menurut jenis dan ukurannya untuk
    mempermudah pelayanan. |  
    |  | 
 |  
    | 
Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup  | 
 |  
    | 
Kegiatan
    klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup
    dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman
    ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.  
Telah Anda
    ketahui bahwa makhluk hidup sangat banyak jumlahnya dan sangat
    beranekaragam ciri dan sifatnya. Tentunya sangat sulit mempelajari makhluk
    hidup yang sangat beranekaragam tersebut. Untuk itu perlu dicari cara yang
    paling baik, yaitu dengan melakukan pengelompokan atau klasifikasi makhluk
    hidup. Jadi tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah menyederhanakan obyek
    kajian, sekaligus mempermudah dalam mengenali keanekaragaman makhluk hidup.
     
Bagaimanakah cara
    klasifikasi makhluk hidup? Sejak zaman prasejarah manusia sudah melakukan
    pengelompokan makhluk hidup. Ada kelompok hewan berbisa dan tidak berbisa,
    kelompok hewan pemangsa dan yang dimangsa, serta hewan yang berguna dan
    merugikan bagi manusia. Demikian juga tumbuhan, ada tumbuhan obat-obatan,
    dan tumbuhan penghasil pangan. Selain itu ada pula tumbuhan sayur-sayuran
    dan buah-buahan serta umbi-umbian.  
Anda dapat
    melakukan pengelompokan makhluk hidup seperti di atas. Melalui pengamatan
    di lingkungan sekitar, Anda dapat mengelompokkan hewan berkaki dua dan
    berkaki empat, serta hewan pemakan rumput dan pemakan daging. Demikian pula
    pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan buah-buahan, sayur-sayuran dan
    sebagainya.  
Pengelompokan
    makhluk hidup dapat pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
    di pasar ada kelompok sayuran, buah-buahan, hewan ternak dan lain-lain. Hal
    ini dilakukan untuk memudahkan kita memperolehnya serta memanfaatkannya.  
Berdasarkan
    contoh-contoh di atas, maka pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup
    pada zaman prasejarah, antara lain berdasarkan manfaat bagi manusia.  
Perkembangan
    selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan cara pengelompokan makhluk
    hidup yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan cara-cara
    pengelompokan pada zaman prasejarah. Contoh; Aristoteles (384 – 322 SM),
    mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan
    hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak dan pohon. Sedangkan
    hewan digolongkan menjadi vertebrata dan avertebrata. John Ray (1627 –
    1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-grup kecil. Ia
    telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies. Carolus Linnaeus (1707 –
    1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia
    juga mengenalkan pada system tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan
    binomial nomenklatur. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk
    hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu Monera (bakteri dan ganggang
    biru); Protista (ganggang dan protozoa); Fungi (jamur); Plantae (tumbuhan);
    dan Animalia (hewan).  
     
     
Gambar 16.
    Kerajaan makhluk hidup menurut Whittaker 
Masing-masing
    kingdom/kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi Divisio/Divisi untuk
    tumbuhan dan Phylum/Filum untuk hewan. Setiap Divisi atau Filum terbagi
    menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Demikian dan seterusnya.  
Setiap kelompok
    yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson.
    Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hokum), atau juga
    disebut sistematika (susunan dalam suatu system). Berdasarkan uraian diatas
    dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup
    beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi,
    dan anatominya. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan
    kekerabatannya.  
Makin sedikit
    persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak
    persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile
    (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang
    disebut spesies atau jenis.Contohnya:  Spesies kucing (Felis
    domestica)
 Spesies
    harimau (Felis tigris)
 
Beberapa spesies atau
    jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia
    (suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan
    Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas).
    Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk
    hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau
    Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.  
Dengan cara
    demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson.
    Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri
    tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah
    kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya
    sedikit.  
Untuk membantu
    memahami uraian di atas, perhatikan skema atau bagan berikut! 
     
     
Gambar 17. Skema
    tingkatan takson, spesies (jenis), sampai kingdom (kerajaan) 
Bagaimanakah
    penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran
    susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati
    contoh berikut: 
     
      | 
a. | 
Klasifikasi
      hewan kucing |  
      | 
 | 
Kerajaan
      (Kingdom)Chordata Kelas (Classis)
 Carnivora Suku (Familia)
 Felis Jenis (Spesies)
 | 
::
 :
 :
 | 
Animalia Filum (Phylum)Mamalia Bangsa (Ordo)
 Felidae Marga (Genus)
 Felis Catus (kucing)
 |  
 
     
      | 
b. | 
Klasifikasi
      tumbuhan padi |  
      | 
 | 
Kerajaan
      (Kingdom)Divisi (Divisio)
 Anak Divisi (Sub Divisio)
 Kelas (Classis)
 Bangsa (Ordo)
 Suku (Familia)
 Marga (Genus)
 Jenis (Spesies)
 | 
::
 :
 :
 :
 :
 :
 :
 | 
Plantae Spermatophyta
 Angiospermae
 Monocotyledoncae
 Poales
 Poaceae
 Oryza
 Oryza Sativa (padi)
 |  
Sesuai dengan
    perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk
    hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri
    morfologi,anatomi dan fisiologinya. | 
 |  
    |  | 
 |  
    | 
Sistem-sistem Klasifikasi | 
 |  
    | 
Telah dijelaskan
    pada uraian materi di atas, bahwa untuk klasifikasi makhluk hidup
    menggunakan dasar atau kriteria tertentu, yaitu persamaan ciri atau sifat
    morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada makhluk hidup.  
Sistem
    klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
    pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat 3 (tiga)
    system klasifikasi makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial (Buatan), Sistem
    Alami, dan Sistem Filogenetik.  
Secara berurutan
    kita mulai dari klasifikasi makhluk hidup menurut Sistem Artifisial atau
    buatan.  
     
      | 
a. | 
Sistem
      Artifisial atau BuatanSistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri
      pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau
      sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya.
      Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat
      hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak,
      ternak dan memanjat).
 
Tokoh sistem
      Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk hidup menjadi dua
      kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan (animalia). Ia pun membagi
      tumbuhan menjadi kelompok pohon, perdu, semak, terna serta memanjat.
      Tokoh lainnya adalah Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan
      berdasarkan alat reproduksinya. |  
      | 
b. | 
Sistem
      Alami Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
      Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson
      yang alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi
      secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam.
 
Klasifikasi
      sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk
      luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki
      empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu,
      bersisik, berambut dan lain-lain. Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok
      tumbuhan berkeping biji satu, berkeping biji dua.  |  
      | 
c. | 
Sistem
      FilogenetikKlasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan
      oleh para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada
      tahun 1859. Menurut Darwin, terdapat hubungan antara klasifikasi dengan
      evolusi.
 
Sistem
      filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson
      yang satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan
      perbedaan sifat morfologi dan anatomi maupun fisiologinya, sistem ini pun
      menjelaskan mengapa makhluk hidup semuanya memiliki kesamaan molekul dan
      bio kimia, tetapi berbeda-beda dalam bentuk susunan dan fungsinya pada
      setiap makhluk hidup.  
Jadi pada
      dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan
      fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku
      yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan
      evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.  
Perhatikan
      gambar atau diagram pohon filogenetik hewan dan filogenetik tumbuhan
      berikut ini yang menunjukkan urutan evolusi pada hewan dan pada tumbuhan.
       |  
     
     
Gambar 19. Klasifilasi dan
    evolusi, kerajaan, divisi, anak divisi, dan beberapa kelas, untuk
    menunjukkan kemungkinan urutan evolusi tumbuhan. 
Contoh
    sederhana untuk menunjukkan pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup
    menurut sistem filogenetik, Anda dapat amati di kebun binatang. Di situ
    Anda akan menemukan kelompok hewan reptilia, amphibia, unggas, dan mamalia
    dan sebagainya. 
 | 
 |  
    |  | 
 |  
    | 
 |  
    | 
 |  
    |  | 
 |  | 
 | 
  | 
Penutup | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
Selamat, Anda telah
  menyelesaikan modul tentang “Keanekaragaman Hayati”. Dengan demikian Anda
  diharapkan telah memiliki pengetahuan tentang macam-macam variasi pada
  makhluk hidup dan cara mengklasifikasikan makhluk hidup serta tata nama
  makhluk hidup.  
Rangkuman berikut
  diharapkan dapat membantu Anda untuk lebih mengingatkan kembali pada
  konsep-konsep penting tentang keanekaragaman hayati dan klasifikasi makhluk
  hidup. Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:  
1. Keanekaragaman
  hayati tingkat gen 2. Keanekaragaman hayati tingkat jenis
 3. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
 
Keanekaragaman
  hayati tingkat gen menyebabkan terbentuknya variasi antar jenis individu
  sejenis, misalnya rasa pada tanaman padi dan mangga. Keanekaragaman hayati
  tingkat jenis menyebabkan adanya variasi pada makhluk hidup pada satu jenis,
  yang meliputi perbedaan morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku dan
  sebagainya.  
Keanekaragaman
  hayati ekosistem terbentuk dari hasil hubungan atau interaksi antara keanekaragaman
  hayati dengan lingkungannya. Kesesuaian keanekaragaman hayati dengan
  lingkungan tempat hidupnya membentuk macam-macam ekosistem, seperti ekosistem
  padang rumput, ekosistem padang pasir, ekosistem hutan hujan tropic dan
  lain-lain.  
Keanekaragaman hayati
  dapat dipelajari dengan bantuan klasifikasi. Kegiatan klasifikasi adalah
  pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup denga cara mencari keseragaman
  ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri-ciri pada makhluk hidup. Dengan
  demikian, klasifikasi dapat memudahkan mengenali dan mempelajari
  keanekaragaman makhluk hidup. Klasifikasi yang banyak digunakan berasal dari
  R.H. Wittaker, yang membagi makhluk hidup menjadi 5 bagian, yaitu Monera
  (bakteri dan ganggang biru), Protista (protozoa dan ganggang), Fungi (jamur),
  Plantae (tumbuhan), Animalia (hewan).  
Klasifikasi atau
  pengelompokkan makhluk hidup dilakukan berdasarkan persamaan ciri atau sifat
  dari keanekaragaman sifat yang ada.  
Klasifikasi makhluk
  hidup dapat disusun secara berurutan sebagai berikut :  
Kingdom
       (kerajaan) Phyllium
       (filum) atau Divisio (divisi) Classis
       (kelas) Familia (suku)Genus (marga) Spesies
       (jenis)  
Sesuai dengan dasar
  klasifikasi yang digunakan, system klasifikasi makhluk hidup dapat dibedakan
  menjadi 3 macam, yaitu Sistem Artifisial (buatan), Sistem Alami, dan Sistem
  Filigenetik. Carolus Linnaeus mengenalkan sistem tata nama ganda atau
  Binomial Nomenklatur, yaitu pemberian nama ilmiah makhluk hidup dengan dua
  kata mufrad (tunggal) yang sudah dilatinkan. Kata pertama menunjukkan nama
  genus (marga) dan selalu diawali dengan huruf capital/besar, sedangkan kata
  kedua merupakan petunjuk spesies (jenis). Contoh, Zea mays (tumbuhan jagung).
   
Setelah Anda
  mempelajari materi modul ini, maka Anda harus mengerjakan latihan-latihan dan
  tugas kegiatan untuk meningkatkan kemampuan Anda memahami materi modul.
  Biasakan berdiskusi dengan kelompok belajar Anda, atau dengan guru bina di
  sekolah apabila menemui kesulitan-kesulitan belajar. Untuk menambah luas
  pengetahuan, cobalah membaca buku paket biologi SMU I, atau buku-buku biologi
  lainnya yang sesuai/relevan.  
Selanjutnya,
  mintalah tes akhir kepada guru bina Anda. Kerjakan sendiri dengan
  sungguh-sungguh untuk mengukur kemampuan Anda. Bila Anda dapat menyelesaikan
  tes akhir modul dengan hasil yang memuaskan (hasil tes minimal 6,5) maka Anda
  dapat melanjutkan kegiatan belajar ke modul berikutnya. Tetapi bila hasilnya
  belum mencapai nilai yang diharapkan, alangkah baiknya Anda mempelajari
  kembali modul itu. Selamat bekerja! | 
 | 
  |  | 
 | 
  | 
Daftar Istilah | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
   
    | 
Keanekaragaman
    hayati | 
: | 
suatu
    keanekaragaman yang tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis,
    keanekaragaman genetika, dan keanekaragaman ekosistem.  |  
    | 
Klasifikasi | 
: | 
pembentukan
    kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman dalam
    keaneka- ragaman yang ada.  |  
    | 
Taksonomi | 
: | 
cabang biologi
    yang menelaah tata nama, klasifikasi dan identifikasi  |  
    | 
Takson | 
: | 
istilah umum
    untuk kelompok-kelompok dalam taksono- mi, apapun kegiatannya. |  
    | 
Morfologi | 
: | 
cabang biologi
    mempelajari bentuk dan sususnan luar makhluk hidup. |  
    | 
Gen  | 
: | 
pembawa sifat
    keturunan.  |  
    | 
Habitat | 
: | 
tempat hidup |  
    | 
Binomial
    nomenklatur | 
: | 
cara memberi nama
    makhluk hidup menggunakan dua kata tunggal (mufrad). |  
    | 
Faktor fisik | 
: | 
tergolong
    komponen abiotik, seperti cahaya, air, udara, suhu, dan lain-lain. |  
    | 
Faktor kimia | 
: | 
tergolong
    komponen abiotik, seperti derajat keasaman, salinitas (kadar garam), dan
    lain-lain.  |  
    | 
Komponen biotik | 
: | 
bagian suatu
    ekosistem yang terediri dari semua makh- luk hidup.  |  
    | 
Komponen abiotik | 
: | 
bagian ekosistem
    yang terdiri atas makhluk tak hidup atau benda mati. |  | 
 | 
  |  | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  | 
 | 
 | 
  |  | 
 | 
  | 
Daftar Pustaka | 
 | 
  | 
   
   | 
 | 
  | 
Djamhur
  Winatasasmita, Sukarno, Biologi SMU I, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
  Jakarta 1994.  
Djamhur
  Winatasasmita, Sukarno, Biologi I Petunjuk Guru, SMU I, Departemen Pendidikan
  dan Kebudayaan, Jakarta 1994.  
Darsana Setiawan,
  Biologi SMU I, Rakaditu, Jakarta.  
D.A Pratiwi, et al,
  Biologi I, Erlangga, Jakarta, 2000.  
Kanwil DKI Jakarta,
  Program Kerja Guru Kelas I, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.  
Slamet
  Prawirohartono, Sains Biologi – Ia, Bumi Aksara, Jakarta, 1996. Tim MGMP DKI,
  Trampil Biologi I, Rakaditu, Jakarta, 2000.  
H. Tri Supeni, et
  al, Buku Pelajaran Biologi SMU jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1994.  | 
 |