|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perbedaan sifat pada jenis
mangga dapat Anda amati pada tabel berikut:
|
|
|
Keanekaragaman
Hayati Tingkat Jenis
|
|
Dapatkah Anda membedakan antara
tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang? Atau membedakan jenis
kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan
kacang hijau? Atau Anda dapat membedakan kelompok hewan antara
kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini dapat Anda bedakan dengan
benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah mengetahui tentang
keanekaragaman jenis.
Untuk mengetahui keanekaragaman
hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara
lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan
hidup dan lain-lain.
Contoh, dalam keluarga
kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan
kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan
mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda
antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang
(ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang
merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya
yang berbeda.
Gambar
2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan
Contoh lain, keanekaragaman pada
keluarga kucing. Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau,
singa, citah dan kucing.
Gambar
2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan
(d) citah.
Walaupun hewan-hewan tersebut
termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu,
tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Cobalah Anda perhatikan
perbedaan sifat dari hewan berikut ini :
Demikian pula pada kelompok
tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan
memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan
bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada
tabel pengamatan berikut ini.
Gambar 2.
Keanekaragaman pada suku Palmae
Dari contoh-contoh di atas, Anda
dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau,
singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku
Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis.
Hal yang sama terdapat juga pada
tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau
Arecaceae.
|
|
|
|
Keanekaragaman
Hayati Tingkat Ekosistem
|
|
Di lingkungan manapun Anda di
muka bumi ini, maka Anda akan menemukan makhluk hidup lain selain Anda.
Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan
tempat hidupnya.
Lingkungan hidup meliputi
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai
jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk
hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita.
Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan
kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor
kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan
mineral.
Baik komponen biotik maupun
komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem
yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun
bervariasi pula.
Di dalam ekosistem, seluruh
makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal
balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya
atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian
hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain
merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
Gambar 2. Keanekaragaman ekosistem (a) padang
rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir
Perbedaan letak geografis
menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya
perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya
penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma
Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan
yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah
beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai
untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain
anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan
hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna
(hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis
flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang
berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.
Totalitas variasi gen, jenis dan
ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan,
frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda
merupakan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati berkembang
dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan
keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan
karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah
perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada
suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami
gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap
komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada
tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat
merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula.
Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di
hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat
merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem.
Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan
ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan
bencana tsunami.
|
|
|
|
Tugas
|
|
I.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Gen
Tujuan
|
:
|
Mengetahui
adanya variasi morfologi pada buah mangga.
|
Alat dan bahan
|
:
|
Berbagai macam
buah mangga yang terdapat di sekitarmu.
|
Cara kerja
|
:
|
|
TABEL HASIL
PENGAMATAN
Cocokkan jawaban
Anda dengan meng-klik kunci jawaban!
Pertanyaan :
1. Apa penyebab timbulnya keanekaragaman pada mangga?
2. Jelaskan pengertian dari gen!
3. Apa kesimpulan hasil kegiatan tersebut?
II.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies)
Alat dan Bahan:
1.
|
Penggaris
|
2.
|
Timbangan
|
3.
|
Lima (5) jenis
biji kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang kapri, dan kacang
panjang.
|
4.
|
Buku catatan
praktikum
|
Langkah Kerja:
1.
|
Buatlah tabel
pada buku catatan praktikum, seperti contoh di bawah.
|
2.
|
Amati secara
seksama bentuk biji kacang satu persatu.
|
3.
|
Amati warna
setiap biji kacang.
|
4.
|
Ukurlah dengan
penggaris panjang setiap biji kacang, satu persatu.
|
5.
|
Timbanglah
berat setiap biji kacang, dengan menggunakan alat timbangan
|
6.
|
Isikan data
hasil pengamatan ke dalam tabel.
|
Pertanyaan:
1.
|
Berdasarkan
hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada biji-biji kacang
tersebut?
|
2.
|
Menurut Anda,
apakah yang menyebabkan adanya keanekaragaman jenis?
|
3.
|
Apa yang dimaksud
dengan keanekaragaman tingkat jenis?
|
II.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies)
Alat dan Bahan:
1.
|
Penggaris
|
2.
|
Timbangan
|
3.
|
Lima (5) jenis
biji kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah, kacang kapri, dan kacang
panjang.
|
4.
|
Buku catatan
praktikum
|
Langkah Kerja:
1.
|
Buatlah tabel
pada buku catatan praktikum, seperti contoh di bawah.
|
2.
|
Amati secara
seksama bentuk biji kacang satu persatu.
|
3.
|
Amati warna
setiap biji kacang.
|
4.
|
Ukurlah dengan
penggaris panjang setiap biji kacang, satu persatu.
|
5.
|
Timbanglah
berat setiap biji kacang, dengan menggunakan alat timbangan
|
6.
|
Isikan data
hasil pengamatan ke dalam tabel.
|
Pertanyaan:
1.
|
Berdasarkan
hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada biji-biji kacang
tersebut?
|
2.
|
Menurut Anda,
apakah yang menyebabkan adanya keanekaragaman jenis?
|
3.
|
Apa yang
dimaksud dengan keanekaragaman tingkat jenis?
|
III.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Alat dan Bahan:
1.
|
3 macam gambar
ekosistem
|
2.
|
Buku catatan
praktikum
|
Langkah Kerja:
1.
|
Pelajari
gambar-gambar ekosistem dengan seksama
|
2.
|
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di buku catatan praktikum Anda
|
Pertanyaan:
1.
|
Apa nama
ekosistem pada gambar 1, gambar 2, dan gambar 3?
|
2.
|
Tuliskan macam
flora atau tumbuhan yang terdapat pada ekosistem gambar 1, 2, 3?
|
3.
|
Tuliskan macam
fauna atau hewan yang terdapat pada ekosistem gambar 1, 2, 3?
|
4.
|
Dari ketiga
macam ekosistem, manakah yang memiliki jumlah dan keanekaragaman makhluk
hidup yang paling banyak?
|
5.
|
Apakah yang
dimaksud dengan keanekaragaman ekosistem?
|
Setelah Anda
menyelesaikan semua kegiatan pada lembar tugas 1, cocokanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang tersedia. Setelah itu, silahkan Anda melanjutkan
mempelajari modul pada kegiatan 2.
KUNCI
JAWABAN
I.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Gen
Catatan : Data
pengamatan di dalam tabel, hasilnya akan berbeda-beda pada setiap siswa.
Jawaban
Pertanyaan:
1.
|
Penyebabnya
perbedaan gen
|
2.
|
Gen adalah
bagian kromosom yang mengendalikan ciri suatu makhluk hidup, bersifat
diturunkan dari induk kepada turunannya.
|
3.
|
Keanekaragaman
tingkat gen, memperlihatkan adanya perbedaan/variasi sifat pada
individu-individu dalam spesies yang sama.
|
II.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Jenis (spesies)
Catatan: Tabel pengamatan,
datanya berbeda-beda pada setiap siswa.
Jawaban
Pertanyaan:
1.
|
Terdapat
keanekaragaman sifat pada macam-macam biji kacang, pada bentuk, warna,
panjang dan berat.
|
2.
|
Keanekaragaman
jenis terbentuk karena kesesuaian antara perangkat gen dengan lingkungan
tempat tinggalnya.
|
3.
|
Keanekaragaman
tingkat jenis ini memperlihatkan adanya perbedaan/variasi sifat pada
bentuk, penampakan, frewkuensi, dan sifat lainnya antara spesies satu
dengan lainnya.
|
III.
Mengamati Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Jawaban
Pertanyaan:
1.
|
- Gambar 1,
adalah ekosistem hutan hujan tropik/hutan hujan basah.
- Gambar 2, adalah ekosistem padang rumput.
- Gambar 3, adalah ekosistem gurun pasir.
|
2.
|
Macam flora
pada gambar 1: pohon, perdu, semak, memanjat dan lain-lain
gambar 2: jenis rumput-rumputan, dan sedikit pohon.
gambar 3: umumnya jenis kaktus.
|
3.
|
Macam fauna
pada gambar 1: kera, ular, burung, kelelawar, serangga, harimau,
jenis herbivora, dan lain-lain.
|
4.
|
Ekosistem hutan
hujan tropik/hutan hujan basah.
|
5.
|
Keanekaragaman
tingkat ekosistem, adalah keseluruhan makhluk hidup yang beranekaragam
yang berhubungan erat dengan habitat dan faktor-faktor lingkungannya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kegiatan Belajar 2:Keanekaragaman Hayati Di
indonesia
|
|
|
|
Tahukah Anda, bahwa Indonesia
merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi? Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi dibandingkan
dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya
adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia
mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan
peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan
langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).
Untuk lebih memahami materi
tersebut, silakan Anda simak uraian mengenai keaneragaman hayati yang
terdapat di Indonesia berikut ini!
Indonesia terletak di daerah
tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem
yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau,
ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar,
ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem
ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia
merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya
meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia,
Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan
Filipina sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana.
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki
kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari
familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap.
Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan.
Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing (
Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan
Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma
hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan
banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas
Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan
Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan
Sulawesi.
Sebagai negara yang memiliki flora
Malesiana apakah di Malaysia dan Filipina juga memiliki jenis tumbuhan
seperti yang dimiliki oleh Indonesia? Ya, di Malaysia dan Filipina juga
terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau
batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma.
Bagaimana dengan
wilayah Indonesia bagian timur? Apakah jenis tumbuhannya sama? Indonesia
bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian
Jaya (Papua) terdapat hutan non–Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki
pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia
pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
Selanjutnya, mari
kita lihat hewan (fauna) di Indonesia. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe
Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia)
serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang
meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
|
Banyak species
mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak.
Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
|
2.
|
Terdapat berbagai
macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
|
3.
|
Terdapat hewan
endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang),
monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus
coucang).
|
4.
|
Burung-burung
memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau.
Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili),
elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih
(Mycrohyerax latifrons).
|
Sekarang mari kita
lanjutkan dengan hewan-hewan yang terdapat di Kawasan Indonesia Timur.
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi,
Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
1.
|
Mamalia berukuran
kecil
|
2.
|
Banyak hewan
berkantung
|
3.
|
Tidak terdapat
species kera
|
4.
|
Jenis-jenis
burung memiliki warna yang beragam
|
Irian Jaya (Papua)
memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus ursinus),
kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak,
dan yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa
Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo
(Varanus komodoensis).
Sedangkan daerah
peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari
Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius
bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa
babyrussa).
|
|
Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia
|
Di Indonesia banyak terdapat hewan
dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya babirusa (Babyrousa
babyrussa), harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa
(Panthera tigris sondaicus), macan kumbang (Panthera pardus), orangutan
(Pongo pygmaeus abelii di Sumatra dan Pongo pygmaeus-pygmaeus di
Kalimantan), badak Sumatra (Decerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus
indicus), gajah asia (Elephas maximus), bekantan (Nasalis larvatus), komodo
(Varanus komodoensis), banteng (Bossondaicus), cendrawasih (Paradisaea
minor), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus), maleo (Macrocephalon maleo),
kakatua raja (Probosciger aterrimus), rangkong (Buceros rhinoceros),
kasuari (Casuarius casuarius), buaya muara (Crocodylus porosus), buaya
irian (Crocodylus novaeguinae), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu
hijau (Chelonia mydas), ular sanca bodo (Phyton molurus), sanca hijau (Chondrophyton
viridis), bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus). Tumbuh-tumbuhan langka
misalnya bedali (Radermachera gigantea), putat (Planchonia valida), kepuh
(Sterula foetida), bungur (Lagerstroemia speciosa), nangka celeng
(Artocarpus heterophyllus), kluwak (Pangium edule), bendo (Artocarpus
elasticus), mundu (Garcinia dulcis), sawo kecik (Manilkara kauki), winong
(Tetrameles nudiflora), bayur (Pterospermum javanicum), gandaria (Bouea
macrophylla), matoa (Pometia pinnata), sukun berbiji (Artocarpus communis).
Gambar 2. Hewan
langka di Indonesia (a) penyu hijau (b)
Sanca Hijau
|
|
|
Hewan dan Tumbuhan Endemik di Indonesia
|
|
Di Indonesia
banyak terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik
Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu hanya ada di Indonesia, tidak
terdapat di negara lain.
Hewan yang
endemik misalnya harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali
(sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak
bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis
binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di
Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi),
komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.
Tumbuhan yang
endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik
di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R.
cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan
dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra
bagian timur).
Gambar 2. Hewan dan tumbuhan
endemikangka di Indonesia (a) jalak bali (b)
burung maleo (c) komodo (d)
rafflesia arnoldii
|
|
Nilai Manfaat Keanekaragaman Hayati
|
1.Nilai ekonomi
Keanekaragaman
hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan
devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri,
rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu
dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel,
teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri
makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya
lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan
karet.
Gambar
8. Keanakaragaman Hayati yang memiliki nilai ekonomi (a) rotan (b) gandum
2.Nilai Biologis
Keanekaragaman hayati memiliki
nilai biologis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk
manusia. Tumbuhan menghasilkan gas oksigen (O2) pada proses fotosintesis
yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernafasan, menghasilkan zat
organik misalnya biji, buah, umbi sebagai bahan makanan makhluk hidup
lain. Hewan dapat dijadikan makanan dan sandang oleh manusia. Jasad renik
diperlukan untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik, untuk
membuat tempe, oncom, kecap, dan lain-lain. Nilai biologis lain yang
penting adalah hutan sebagai gudang plasma nutfah (plasma benih).
3.Nilai Ekologis
Keanekaragaman hayati
merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan
yang penting bagi bumi, antara lain: a. Merupakan paru-paru bumi Kegiatan
fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida
(CO2) di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan
dapat mencegah efek rumah kaca. b. Dapat menjaga kestabilan iklim global,
yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban udara.
Gambar 9. Hutan tropis yang
mempunyai nilai ekologis yang penting bagi bumi
4.Nilai Sosial
Budaya Keanekaragaman hayati
dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi atau pariwisata, di samping
untuk mempertahankan tradisi.
|
|
|
Manfaat Keanekaragaman Hayati
|
|
1.Sebagai
sumber pangan, perumahan, dan kesehatan
a.
|
Pangan:
|
|
•
•
•
•
•
|
Sumber
karbohidrat: padi, jagung, singkong, kentang, dan lain-lain.
Sumber protein: kedelai, kecipir, ikan, daging, dan lain-lain.
Sumber lemak: ikan, daging, telur, kelapa, alpukat, durian, dan
lain-lain.
Sumber vitamin: jambu biji, jeruk, apel, tomat, dan lain-lain.
Sumber mineral: sayur-sayuran.
|
Gambar 10. Keanakaragaman Hayati
sebagai sumber pangan (a) tomat (b)
belimbing (c) anggur (d) durian
(e) kelapa (f) ayam.
2.
|
Sebagai sumber
pendapatan/devisa
a. Bahan baku industri kerajinan: kayu, rotan, karet
b. Bahan baku industri kosmetik: cendana, rumput laut
|
3.
|
Sebagai sumber plasma
nutfah, Misalnya hutan Di hutan masih terdapat tumbuhan dan hewan yang
mempunyai sifat unggul, karena itu hutan dikatakan sebagai sumber
plasma nutfah/sumber gen.
|
4.
|
Manfaat ekologi
Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia, keanekaragaman
hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem.
|
5.
|
Manfaat keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu
yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
|
6.
|
Manfaat keindahan
Bermacam-macam tumbuhan dan hewan dapat memperindah lingkungan.
|
Bagaimana cukup
jelas uraian materi yang baru saja Anda pelajari? Baik! Dari uraian
materi tersebut kita menyadari begitu banyak manfaat keanekaragaman
hayati dalam hidup kita. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang begitu
banyak dan beragam tentu saja dapat mengancam kelestariannya.
Coba Anda
perhatikan! Berkat kemajuan ilmu dan teknologi, terjadi peledakan jumlah
penduduk. Apa akibatnya? Akibatnya eksploitasi (penggunaan terhadap
keanekaragaman hayati semakin meningkat). Setiap tahun jutaan hektar
hutan menghilang karena berubah fungsi untuk berbagai kegiatan manusia.
Pembabatan dan pembakaran hutan, reklamasi pantai dan rawa, pengembangan
industri yang tidak dilengkapi pengolahan limbah, serta pemakaian bahan
kimia seperti pupuk dan pestisida secara berlebihan, akan menghancurkan
keanekaragaman hayati.
Apabila
kegiatan manusia seperti tersebut di atas tidak segera diakhiri, manusia
sendiri yang akan menderita kerugian. Tahukah Anda, bahwa hutan hujan
tropis yang diperkirakan mengandung 50% - 90% keanekaragaman hayati dunia
sebagian besar sudah dibabat. Pembabatan hutan hujan tropis, diperkirakan
menyebabkan hilangnya 15% species di hutan tersebut.
Untuk itu, agar
keanekaragaman hayati tidak terancam kelestariannya, maka kita harus arif
(bijaksana) dalam memanfaatkannya, dengan mempertimbangkan aspek manfaat
dan aspek kelestariannya.
Menurut Anda,
apakah rusaknya keanekaragaman hayati pada suatu daerah atau negara hanya
menjadi tanggung jawab daerah atau negara tersebut? Bagus! Tanggung jawab
kerusakan keanekaragaman hayati memang merupakan tanggung jawab kita
bersama. Dan perlu pula dikembangkan kesadaran kepada semua masyarakat
semboyan yang menyatakan “Tanpa keanekaragaman hayati, tidak ada masa
depan”.
Adapun
usaha-usaha (upaya-upaya) pemerintah Indonesia dalam pelestarian
(konservasi) keanekaragaman hayati antara lain sebagai berikut:
1.
|
Taman Nasional, merupakan
kawasan konservasi alam dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun
di perairan. Beberapa taman nasional di Indonesia:
|
|
a.
|
Taman Nasional Gunung Leuser Terletak di Propinsi
Sumatera Utara dan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Contoh tumbuhan
yang dilestarikan: meranti, keruing, durian hutan, menteng, Rafflesia
arnoldi var.atjehensis. Hewan yang dilestarikan: gajah, beruang Malaya,
harimau Sumatra, badak Sumatra, orangutan Sumatra, kambing sumba,
itik liar, tapir.
|
|
Gambar
11. Flora dan fauna di Taman Nasional Gunung Leuser (a)Rafflesia arnoldi
(b) Orangutan (c) tapir (d) Badak
sumatera
|
b.
|
Taman Nasional Kerinci
Seblai Terletak di Propinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan
Bengkulu. Tumbuhan yang dilestarikan: bunga bangkai (Amorphophalus
titanium), Rafflesia arnoldi, palem, anggrek, kismis. Hewan yang
dilestarikan: tapir, kelinci hutan, landak, berang-berang, badak
Sumatra, harimau Sumatra, siamang, kera ekor panjang.
|
Gambar 12. Bunga Bangkai
|
c.
|
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan
Terletak di propinsi Bengkulu sampai Lampung. Tumbuhan yang
dilestarikan: meranti (Shorea sp), keruing (Diptetrocarpus sp), damar
(Agathis alba), kemiri (Aleurites moluccana), mengkudu (Morinda
citrifolia), Rafflesia arnoldi. Hewan yang dilestarikan: gajah, tapir,
badak Sumatra, landak, trenggiling, ular sanca, bangau putih, rangkong,
dan lain-lain.
|
|
d.
|
Taman Nasional Ujung Kulon
Terletak di kawasan ujung barat Pulau Jawa. Taman Nasional ini
merupakan habitat terakhir dari hewan-hewan yang terancam punah,
seperti: badak bercula satu (Rhinoceros sendaicus), banteng (Bos
sondaicus), harimau loreng (Panthera tigris), dan surili (Presbytis
aygula).
|
Gambar 13. Flora dan fauna di
Taman Nasional Ujung Kulon (a)Banteng (b)
Surili (c) Harimau
e.
|
Taman Nasional Kepulauan
Seribu
Terletak di kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. Ekosistem yang
dilindungi adalah ekosistem terumbu karang.
|
Gambar 14. Ekosistem
f.
|
Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru
Terletak di kawasan Propinsi Jawa Timur di Kabupaten Probolinggo,
Malang, Pasuruan dan Lumajang. Flora yang dilindungi adalah cemara
gunung (Cassuarina junghuniana)
sedangkan fauna yang dilindungi adalah babi hutan, kijang, ayam hutan,
rusa, macan tutul.
|
|
g.
|
Taman Nasional Meru Betiri
Terletak di Propinsi Jawa Timur di wilayah Jember Selatan. Taman
Nasional ini merupakan habitat terakhir dari harimau loreng jawa (Panthera
trigis). Flora langka yang dilindungi yaitu Rafflesia zollingeri.
|
|
h.
|
Taman Nasional Baluran
Terletak di Propinsi Jawa Timur. Flora yang dilindungi : dadap biru
(Erythocina endophyla), kosambi, widoro, nimba, kemiri. Sedangkan fauna
yang dilindungi antara lain ular piton, buaya, banteng, rusa, kijang,
macan tutul dan linsang.
|
|
i.
|
Taman Nasional Komodo
Terletak di Pulau Komodo Propinsi NTT. Flora yang dilindungi adalah
Kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum diversifolium).
Satwa/fauna khas adalah komodo.
|
|
j.
|
Taman Nasional Tanjung
Puting Terletak di Propinsi Kalimantan di Kabupaten Kotawaringin Barat,
Timur dan Kalimantan Tengah. Taman Nasional ini merupakan pusat
rehabilitasi orang utan. Flora yang dilindungi tanaman yang mengandung
getah dan merusak saraf (misalnya: Gluta renghas) dan durian (Durio
sp). Fauna yang dilindungi: orang utan, lutung, kancil, musang.
|
2.
|
Cagar Alam, kawasan suaka
alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa dan ekosistem, yang
perkembangannya diserahkan pada alam.
|
3.
|
Hutan Wisata, kawasan hutan
yang karena keadaan dan sifat wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan
sebagai hutan, yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan,
konservasi alam, dan rekreasi. Contoh hutan wisata yaitu hutan wisata
Pangandaran.
|
4.
|
Taman laut, merupakan
wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa ke-indahan alam yang
ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang diperuntukkan guna
melindungi plasma nutfah lautan. Contoh: Bunaken di Sulawesi Utara.
|
5.
|
Hutan lindung, kawasan hutan
alam yang biasanya terletak di daerah pe-gunungan yang dikonservasikan
untuk tujuan melindungi lahan agar tidak tererosi dan untuk mengatur
tata air. Contoh: Gunung Gede Pangrango.
|
6.
|
Kebun Raya, adalah kumpulan
tumbuh-tumbuhan di suatu tempat, dan tum-buh-tumbuhan tersebut berasal
dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi ex situ, ilmu
pengetahuan, dan rekreasi, contoh: Kebun Raya Bogor, Kebun Raya
Purwodadi.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kegiatan Belajar 3
|
|
|
|
|
|
Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
|
Jika Anda pergi
ke supermarket atau pasar, Anda akan melihat deretan buah yang disusun
rapi. Buah jeruk dikelompokkan dalam satu tempat. Demikian pula buah
mangga, buah pisang, buah apel, buah papaya dan lain-lainnya dikelompokkan
dan diletakkan di tempat tersendiri. Melalui pengelompokan ini, pengunjung
atau pembeli akan lebih mudah mencari buah yang diinginkannya. Apa yang
terjadi jika buah-buahan tersebut bercampur di tempat yang sama?
Demikian pula
dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Untuk menyederhanakan begitu
banyaknya jenis makhluk hidup sehingga mudah dipelajari, maka dikembangkan
cabang Biologi khusus yang disebut Taksonomi. Taksonomi merupakan ilmu
tentang identifikasi tatanama dan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan
aturan tertentu.
Klasifikasi yang
dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk:
1.
|
mendeskripsikan
ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah
dikenal;
|
2.
|
mengelompokkan
makhluk hidup berdassarkan ciri-cirinya;
|
3.
|
mengetahui
hibungan kekerabatan antar makhluk hidup;dan
|
4.
|
mengetahui
evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
|
Sedangkan klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung
diterapkan bagi kepentingan manusia, yaitu:
1.
|
Pengelompokan
memudahkan kita mempelajari organisme yang beraneka ragam.
Contoh
pengelompokan berdasarkan manfaat:
|
Keterangan:
A.
|
|
Daun dewa
|
I.
|
|
Bayam
|
B.
|
|
Padi
|
J.
|
|
Ketela Pohon
|
C.
|
|
Bunga Mawar
|
K.
|
|
Kumis Kucing
|
D.
|
|
Bunga Anggrek
|
L.
|
|
Jagung
|
E.
|
|
Sirih
|
M.
|
|
Bunga sepatu
|
F.
|
|
Bunga kertas
|
N.
|
|
Kentang
|
G.
|
|
Pule Pandah
|
O.
|
|
Jahe
|
H.
|
|
Bunga lolipop
|
|
|
|
2. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar
makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh : harimau memiliki
hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kucing daripada dengan komodo,
karena harimau dan kucing memiliki banyak persamaan ciri-ciri, misalnya:
harimau dan kucing sama-sama menyusui, bertulang belakang, berkaki empat,
karnivor dan berambut. Sedangkan komodo bertelur, berkaki empat, kulit
bersisik dan melata.
Gambar 15.
Pedagang buah mengelompokkan buah menurut jenis dan ukurannya untuk
mempermudah pelayanan.
|
|
|
Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup
|
|
Kegiatan
klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup
dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman
ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.
Telah Anda
ketahui bahwa makhluk hidup sangat banyak jumlahnya dan sangat
beranekaragam ciri dan sifatnya. Tentunya sangat sulit mempelajari makhluk
hidup yang sangat beranekaragam tersebut. Untuk itu perlu dicari cara yang
paling baik, yaitu dengan melakukan pengelompokan atau klasifikasi makhluk
hidup. Jadi tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah menyederhanakan obyek
kajian, sekaligus mempermudah dalam mengenali keanekaragaman makhluk hidup.
Bagaimanakah cara
klasifikasi makhluk hidup? Sejak zaman prasejarah manusia sudah melakukan
pengelompokan makhluk hidup. Ada kelompok hewan berbisa dan tidak berbisa,
kelompok hewan pemangsa dan yang dimangsa, serta hewan yang berguna dan
merugikan bagi manusia. Demikian juga tumbuhan, ada tumbuhan obat-obatan,
dan tumbuhan penghasil pangan. Selain itu ada pula tumbuhan sayur-sayuran
dan buah-buahan serta umbi-umbian.
Anda dapat
melakukan pengelompokan makhluk hidup seperti di atas. Melalui pengamatan
di lingkungan sekitar, Anda dapat mengelompokkan hewan berkaki dua dan
berkaki empat, serta hewan pemakan rumput dan pemakan daging. Demikian pula
pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan buah-buahan, sayur-sayuran dan
sebagainya.
Pengelompokan
makhluk hidup dapat pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
di pasar ada kelompok sayuran, buah-buahan, hewan ternak dan lain-lain. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan kita memperolehnya serta memanfaatkannya.
Berdasarkan
contoh-contoh di atas, maka pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup
pada zaman prasejarah, antara lain berdasarkan manfaat bagi manusia.
Perkembangan
selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan cara pengelompokan makhluk
hidup yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan cara-cara
pengelompokan pada zaman prasejarah. Contoh; Aristoteles (384 – 322 SM),
mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan
hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak dan pohon. Sedangkan
hewan digolongkan menjadi vertebrata dan avertebrata. John Ray (1627 –
1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-grup kecil. Ia
telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies. Carolus Linnaeus (1707 –
1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia
juga mengenalkan pada system tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan
binomial nomenklatur. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk
hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu Monera (bakteri dan ganggang
biru); Protista (ganggang dan protozoa); Fungi (jamur); Plantae (tumbuhan);
dan Animalia (hewan).
Gambar 16.
Kerajaan makhluk hidup menurut Whittaker
Masing-masing
kingdom/kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi Divisio/Divisi untuk
tumbuhan dan Phylum/Filum untuk hewan. Setiap Divisi atau Filum terbagi
menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Demikian dan seterusnya.
Setiap kelompok
yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson.
Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hokum), atau juga
disebut sistematika (susunan dalam suatu system). Berdasarkan uraian diatas
dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup
beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi,
dan anatominya. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan
kekerabatannya.
Makin sedikit
persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak
persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile
(subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang
disebut spesies atau jenis.
Contohnya: Spesies kucing (Felis
domestica)
Spesies
harimau (Felis tigris)
Beberapa spesies atau
jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia
(suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan
Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas).
Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk
hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau
Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.
Dengan cara
demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson.
Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri
tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah
kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya
sedikit.
Untuk membantu
memahami uraian di atas, perhatikan skema atau bagan berikut!
Gambar 17. Skema
tingkatan takson, spesies (jenis), sampai kingdom (kerajaan)
Bagaimanakah
penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran
susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati
contoh berikut:
a.
|
Klasifikasi
hewan kucing
|
|
Kerajaan
(Kingdom)
Chordata Kelas (Classis)
Carnivora Suku (Familia)
Felis Jenis (Spesies)
|
:
:
:
:
|
Animalia Filum (Phylum)
Mamalia Bangsa (Ordo)
Felidae Marga (Genus)
Felis Catus (kucing)
|
b.
|
Klasifikasi
tumbuhan padi
|
|
Kerajaan
(Kingdom)
Divisi (Divisio)
Anak Divisi (Sub Divisio)
Kelas (Classis)
Bangsa (Ordo)
Suku (Familia)
Marga (Genus)
Jenis (Spesies)
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledoncae
Poales
Poaceae
Oryza
Oryza Sativa (padi)
|
Sesuai dengan
perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk
hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri
morfologi,anatomi dan fisiologinya.
|
|
|
|
Sistem-sistem Klasifikasi
|
|
Telah dijelaskan
pada uraian materi di atas, bahwa untuk klasifikasi makhluk hidup
menggunakan dasar atau kriteria tertentu, yaitu persamaan ciri atau sifat
morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada makhluk hidup.
Sistem
klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat 3 (tiga)
system klasifikasi makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial (Buatan), Sistem
Alami, dan Sistem Filogenetik.
Secara berurutan
kita mulai dari klasifikasi makhluk hidup menurut Sistem Artifisial atau
buatan.
a.
|
Sistem
Artifisial atau Buatan
Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri
pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau
sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya.
Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat
hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak,
ternak dan memanjat).
Tokoh sistem
Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk hidup menjadi dua
kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan (animalia). Ia pun membagi
tumbuhan menjadi kelompok pohon, perdu, semak, terna serta memanjat.
Tokoh lainnya adalah Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan alat reproduksinya.
|
b.
|
Sistem
Alami
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson
yang alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi
secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam.
Klasifikasi
sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk
luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki
empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu,
bersisik, berambut dan lain-lain. Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok
tumbuhan berkeping biji satu, berkeping biji dua.
|
c.
|
Sistem
Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan
oleh para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada
tahun 1859. Menurut Darwin, terdapat hubungan antara klasifikasi dengan
evolusi.
Sistem
filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson
yang satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan
perbedaan sifat morfologi dan anatomi maupun fisiologinya, sistem ini pun
menjelaskan mengapa makhluk hidup semuanya memiliki kesamaan molekul dan
bio kimia, tetapi berbeda-beda dalam bentuk susunan dan fungsinya pada
setiap makhluk hidup.
Jadi pada
dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan
fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku
yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan
evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.
Perhatikan
gambar atau diagram pohon filogenetik hewan dan filogenetik tumbuhan
berikut ini yang menunjukkan urutan evolusi pada hewan dan pada tumbuhan.
|
Gambar 19. Klasifilasi dan
evolusi, kerajaan, divisi, anak divisi, dan beberapa kelas, untuk
menunjukkan kemungkinan urutan evolusi tumbuhan.
Contoh
sederhana untuk menunjukkan pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup
menurut sistem filogenetik, Anda dapat amati di kebun binatang. Di situ
Anda akan menemukan kelompok hewan reptilia, amphibia, unggas, dan mamalia
dan sebagainya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penutup
|
|
|
|
Selamat, Anda telah
menyelesaikan modul tentang “Keanekaragaman Hayati”. Dengan demikian Anda
diharapkan telah memiliki pengetahuan tentang macam-macam variasi pada
makhluk hidup dan cara mengklasifikasikan makhluk hidup serta tata nama
makhluk hidup.
Rangkuman berikut
diharapkan dapat membantu Anda untuk lebih mengingatkan kembali pada
konsep-konsep penting tentang keanekaragaman hayati dan klasifikasi makhluk
hidup. Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Keanekaragaman
hayati tingkat gen
2. Keanekaragaman hayati tingkat jenis
3. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
Keanekaragaman
hayati tingkat gen menyebabkan terbentuknya variasi antar jenis individu
sejenis, misalnya rasa pada tanaman padi dan mangga. Keanekaragaman hayati
tingkat jenis menyebabkan adanya variasi pada makhluk hidup pada satu jenis,
yang meliputi perbedaan morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku dan
sebagainya.
Keanekaragaman
hayati ekosistem terbentuk dari hasil hubungan atau interaksi antara keanekaragaman
hayati dengan lingkungannya. Kesesuaian keanekaragaman hayati dengan
lingkungan tempat hidupnya membentuk macam-macam ekosistem, seperti ekosistem
padang rumput, ekosistem padang pasir, ekosistem hutan hujan tropic dan
lain-lain.
Keanekaragaman hayati
dapat dipelajari dengan bantuan klasifikasi. Kegiatan klasifikasi adalah
pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup denga cara mencari keseragaman
ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri-ciri pada makhluk hidup. Dengan
demikian, klasifikasi dapat memudahkan mengenali dan mempelajari
keanekaragaman makhluk hidup. Klasifikasi yang banyak digunakan berasal dari
R.H. Wittaker, yang membagi makhluk hidup menjadi 5 bagian, yaitu Monera
(bakteri dan ganggang biru), Protista (protozoa dan ganggang), Fungi (jamur),
Plantae (tumbuhan), Animalia (hewan).
Klasifikasi atau
pengelompokkan makhluk hidup dilakukan berdasarkan persamaan ciri atau sifat
dari keanekaragaman sifat yang ada.
Klasifikasi makhluk
hidup dapat disusun secara berurutan sebagai berikut :
- Kingdom
(kerajaan)
- Phyllium
(filum) atau Divisio (divisi)
- Classis
(kelas)
- Familia (suku)
- Genus (marga)
- Spesies
(jenis)
Sesuai dengan dasar
klasifikasi yang digunakan, system klasifikasi makhluk hidup dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu Sistem Artifisial (buatan), Sistem Alami, dan Sistem
Filigenetik. Carolus Linnaeus mengenalkan sistem tata nama ganda atau
Binomial Nomenklatur, yaitu pemberian nama ilmiah makhluk hidup dengan dua
kata mufrad (tunggal) yang sudah dilatinkan. Kata pertama menunjukkan nama
genus (marga) dan selalu diawali dengan huruf capital/besar, sedangkan kata
kedua merupakan petunjuk spesies (jenis). Contoh, Zea mays (tumbuhan jagung).
Setelah Anda
mempelajari materi modul ini, maka Anda harus mengerjakan latihan-latihan dan
tugas kegiatan untuk meningkatkan kemampuan Anda memahami materi modul.
Biasakan berdiskusi dengan kelompok belajar Anda, atau dengan guru bina di
sekolah apabila menemui kesulitan-kesulitan belajar. Untuk menambah luas
pengetahuan, cobalah membaca buku paket biologi SMU I, atau buku-buku biologi
lainnya yang sesuai/relevan.
Selanjutnya,
mintalah tes akhir kepada guru bina Anda. Kerjakan sendiri dengan
sungguh-sungguh untuk mengukur kemampuan Anda. Bila Anda dapat menyelesaikan
tes akhir modul dengan hasil yang memuaskan (hasil tes minimal 6,5) maka Anda
dapat melanjutkan kegiatan belajar ke modul berikutnya. Tetapi bila hasilnya
belum mencapai nilai yang diharapkan, alangkah baiknya Anda mempelajari
kembali modul itu. Selamat bekerja!
|
|
|
|
Daftar Istilah
|
|
|
|
Keanekaragaman
hayati
|
:
|
suatu
keanekaragaman yang tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis,
keanekaragaman genetika, dan keanekaragaman ekosistem.
|
Klasifikasi
|
:
|
pembentukan
kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman dalam
keaneka- ragaman yang ada.
|
Taksonomi
|
:
|
cabang biologi
yang menelaah tata nama, klasifikasi dan identifikasi
|
Takson
|
:
|
istilah umum
untuk kelompok-kelompok dalam taksono- mi, apapun kegiatannya.
|
Morfologi
|
:
|
cabang biologi
mempelajari bentuk dan sususnan luar makhluk hidup.
|
Gen
|
:
|
pembawa sifat
keturunan.
|
Habitat
|
:
|
tempat hidup
|
Binomial
nomenklatur
|
:
|
cara memberi nama
makhluk hidup menggunakan dua kata tunggal (mufrad).
|
Faktor fisik
|
:
|
tergolong
komponen abiotik, seperti cahaya, air, udara, suhu, dan lain-lain.
|
Faktor kimia
|
:
|
tergolong
komponen abiotik, seperti derajat keasaman, salinitas (kadar garam), dan
lain-lain.
|
Komponen biotik
|
:
|
bagian suatu
ekosistem yang terediri dari semua makh- luk hidup.
|
Komponen abiotik
|
:
|
bagian ekosistem
yang terdiri atas makhluk tak hidup atau benda mati.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Daftar Pustaka
|
|
|
|
Djamhur
Winatasasmita, Sukarno, Biologi SMU I, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta 1994.
Djamhur
Winatasasmita, Sukarno, Biologi I Petunjuk Guru, SMU I, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta 1994.
Darsana Setiawan,
Biologi SMU I, Rakaditu, Jakarta.
D.A Pratiwi, et al,
Biologi I, Erlangga, Jakarta, 2000.
Kanwil DKI Jakarta,
Program Kerja Guru Kelas I, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.
Slamet
Prawirohartono, Sains Biologi – Ia, Bumi Aksara, Jakarta, 1996. Tim MGMP DKI,
Trampil Biologi I, Rakaditu, Jakarta, 2000.
H. Tri Supeni, et
al, Buku Pelajaran Biologi SMU jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1994.
|
|